PENGENDALIAN KETINGGIAN FLUIDA (
CRL – 2)
PENGENDALIAN
ON-OFF
I.
TUJUAN
Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa mampu :
1.
Membedakan
pengendalian kontinyu dan pengendalian tidak kontinyu
2.
Membandingkan
kebaikan dan kekurangan antara kedua pengendalian
3.
Membandingkan
pengendalian proporsianal dengan PI dan PID
4.
Mencetak
grafik dan menganalisa grafik yang terbentuk
II.
DASAR
TEORI
Peralatan simulasi
proses CRL dibuat oleh DIDACTA Italia, dan dikembangkan untuk mempelajari
teknik pengendalian level ( ketinggian ) permukaan fluida cair yang dalam hal
ini fluida yanng digunakan adalah air. Konfigurasi yang digunakan untuk
simulasi ini adalah sistem loop terbuka (open loop) dan sistem loop tertutup
(closed loop). Selain itu juga dipelajari mode pengendalian (controller) tak
kontinyu (ON – OFF controller) dan pengendalian kontinyu three – terms
controller (P/I/D).
Air yang berada di
tangki dasar (1) dipompakan ke tangki bening berskala (ll) oleh pompa
sentrifugal (2) melalui katup pneumatic proporsional (3). Pengisian tangki
berskala (ll) menghasilkan tekanan pada bagian dasar tangki yang ekivalen
terhadap ketinggian (level) liquid dalam tangki, dideteksi oleh transuder
tekanan yang diubah ke arus listrik (P/I) (13) dan ditransmisikan sebagai
sinyal Y ke unit pengkondisi (panel) kontrol (9). Outputnya berupa sinyal X
ysng berasal dari panel kontrol (9) ditransmisikan ke katup (3) oleh transduser
arus yang diubah ke tekanan (I/P) (4) yang kemudian menggerakkan katup
pneumatik proporsional dengan bantuan udara tekan yang disuplai oleh inlet
udara tekan (5). Katup V1 dan V2 dapat diatur secara manual untuk menutup dan
membuka penuh dalam hubungan dengan tangki berskala (11). Katup selenoid (14)
memungkinkan untuk pengendalian gangguan aliran air. Untuk pemakaian katup selenoid
(14), V1 harus dalam keadaan terbuka penuh.
Pengendalian On – Off
Pengendalian yang
paling sederhana adalah jenis ON – OFF, dimana penggerak (actuator) hanya
berada pada dua posisi ON (hidup) atau posisi OFF (mati). Pada unit CRL ini
diasumsikan actuator adalah katup pneumatik yang kanan berada pada posisi
membuka atau menutup aliran yang menuju tangki berskala.
Katup akan terbuka
apabila llevl air berada dibawah dari level yang diinginkan (set point) dan
katup menutup apabila level air melebihi dari set point. Disini akan terdapat
batasan level (level threshold) yang berhubungan dengan set point, apabila
batasan ini dilampaui karena level bertambah atau berkurang, katup juga berubah
posisinya. Hal ini akan menimbulkan perubahan posisi katup disekitar batasan
level, yang timbul pada pengeporasian normal. Ketika level sedikit di bawah set
point, katup akan teruka seingga level melebihi setpoint dengan cepat, kemudian
katup menutup dan level berkurang kembali dan seterusnya berulang – ulang.
Untuk mengatasi problem
ini, dan mencegah ausnya penggerak (katup), ada baiknya diberikan dua batasan
level yang diukur secara simetris diatas dan dibawah setpoint.
·
Batasan atas dilampaui apabila level
meningkat, katup akan menutup
·
Batasan bawah dilampaui apabila level
berkurang, katup membuka
Interval
antara level yang dikehendaki dengan salah satu batas level dinamakan histerisis. Semakin besar histerisis,
semakin rendah tekana pada actuator.
pengendalian dengan resistive probe juga merupakan pengendalian tidak kontinyu, namun keadaan on/off pada pengendalian dengan resistive probe berbeda pada bagian actuatornya. Pada resistive probe, posisi katup pneumatic akan terus terbuka, gerakan hidup mati yang diperintahkan oleh controller berdasarkan hasil evaluasi terhadap pengukuran ketinggian minimum atau maksimum menyebabkan pompa sentrifugal mati atau hidup dalam usaha mempertahankan rentang histerisis probes.
pengendalian dengan resistive probe juga merupakan pengendalian tidak kontinyu, namun keadaan on/off pada pengendalian dengan resistive probe berbeda pada bagian actuatornya. Pada resistive probe, posisi katup pneumatic akan terus terbuka, gerakan hidup mati yang diperintahkan oleh controller berdasarkan hasil evaluasi terhadap pengukuran ketinggian minimum atau maksimum menyebabkan pompa sentrifugal mati atau hidup dalam usaha mempertahankan rentang histerisis probes.
Tangki
bening berskala unit CRL mempunyai tiga buah probes didalamnya yang berfungsi
untuk mengukur level fluida (R1, R2, dan R3). R1 dan R2 dapat berfungsi sebagai
batas atas pada pengendalian on – off.
Apabila
katup pengeluaran (V2) terbuka, tangki pada keadaan kosong dan selektor pada
panel kontrol (23) berada pada posisi sesuai resistive probes yaitu antara 0
dan PC, maka air akan mengalir mengisi tangki. Sistim akan membuka katup pneumatik
sebesar 100% sampai level mencapai R2 dan melewati batas bawah R2 tersebut,
katup terbuka kembali, demikian berulang seperti pada pengendalian on – off. R3
berada pada posisi level 85% sedangkan R2 pada level 75% kontrol pada posisi 0.
Pengontrol
proporsional
Pengontrol proposional memiliki
keluaran yang sebanding atau proposional dengan besarnya sinyal kesalahan
(selisih antara besaran yang di inginkan dengan harga aktualnya). Secara lebih
sederhana dapat dikatakan bahwakeluaran pengontrol proporsional merupakan
perkalian antara konstantaproposional dengan masukannya. Perubahan pada
sinyal masukan akan segera menyebabkan sistem secara langsung mengeluarkan
output sinyal sebesar konstanta pengalinya.
Gambar 2.1 menunjukkan
blok diagram yang menggambarkan hubungan antara besaran setting, besaran aktual
dengan besaran keluaran pengontrol proporsional. Sinyal keasalahan (error)
merupakan selisih antara besaran setting dengan besaran aktualnya. Selisih ini
akan mempengaruhi pengontrol, untuk mengeluarkan sinyal positif (mempercepat
pencapaian harga setting) atau negatif (memperlambat tercapainya harga
yang diinginkan).
Gambar 2.1
Diagram
blok kontroler proporsional
pengontrol proposional memiliki 2
parameter, pita proposional (propotional band) dan konstanta proporsional.
Daerah kerja kontroler efektif dicerminkan oleh pita proporsional sedangkan
konstanta proporsional menunjukan nilai faktor penguatan sinyal
tehadap sinyal kesalahan Kp Hubungan antara pita proporsional (PB)
dengan konstanta proporsional (Kp) ditunjukkan secara persentasi
oleh persamaan berikut:
PB =
Gambar 2.2 menunjukkan
grafik hubungan antara PB, keluaran pengontrol dan kesalahan yang merupakan
masukan pengontrol. Ketika konstanta proporsional bertambah semakin
tinggi, pita proporsional menunjukkan penurunan yang semakin kecil,
sehingga lingkup kerja yang dikuatkan akan semakin sempit.
Ciri-ciri pengontrol proposional harus
diperhatikan ketika pengontrol tersebut diterapkan pada suatu sistem. Secara
eksperimen, pengguna pengontrol propoisional harus memperhatikan
ketentuan-ketentuan berikut ini :
1.
kalau nilai Kp kecil, pengontrol proposional
hanya mampu melakukan koreksi kesalahan yang kecil, sehingga akan
menghasilkan respon sisitem yang lambat.
2. kalau
nilai Kp dinaikan, respon sistem menunjukan semakin cepat mencapai set point
dan keadaan stabil.
3. namun
jika nilai Kp diperbesar sehingga mencapai harga yang berlebiahan, akan
mengakibatkan sistem bekerja tidak stabil, atau respon sistem akan berosolasi
Pengontrol Integral
Pengontrol
integral berfungsi menghasilkan respon sistem yang memiliki kesalahan
keadaan stabil nol. Jika sebuah plant tidak memiliki unsur integrator
(1/s), pengontrol proposional tidak akan mampu menjamin keluaran sistem
dengan kesalahan keadaan stabilnya nol. Dengan pengontrol integral,
respon sistem dapat diperbaiki, yaitu mempunyai kesalahan keadaan stabilnya
nol. Pengontrol integral memiliki karaktiristik seperti halnya sebuah integral.
Keluaran sangat dipengaruhi oleh perubahan yang sebanding dengan nilai sinyal
kesalahan. Keluaran pengontrol ini merupakan penjumlahan yang terus menerus
dari perubahan masukannya. Kalau sinyal kesalahan tidak mengalami perubahan,
keluaran akan menjaga keadaan seperti sebelum terjadinya perubahan masukan.
Sinyal keluaran pengontrol integral merupakan luas bidang yang dibentuk
oleh kurva kesalahan penggerak. Sinyal keluaran akan berharga sama dengan harga
sebelumnya ketika sinyal kesalahan berharga nol. Gambar 2.3 menunjukkan
contoh sinyal kesalahan yang dimasukan ke dalam pengontrol integral dan
keluaran pengontrol integral terhadap perubahan sinyal kesalahan
tersebut.
Gambar
2.3
Kurva
sinyal kesalahan e(t) terhadap t pada pembangkit kesalahan nol.
Gambar 2.4 menunjukkan
blok diagram antara besaran kesalahan dengan keluaran suatu pengontrol integral.
Gambar
2.4
Blok diagram hubungan antara besaran
kesalahan dengan pengontrol integral
Pengaruh
perubahan konstanta integral terhadap keluaran integral ditunjukkan
oleh Gambar 2.5. Ketika sinyal kesalahan berlipat ganda, maka nilai laju
perubahan keluaran pengontrol berubah menjadi dua kali dari semula. Jika
nilaikonstanta integrator berubah menjadi lebih besar, sinyal kesalahan yang
relatif kecil dapat mengakibatkan laju keluaran menjadi besar .
Gambar
2.5
Perubahan
keluaran sebagai akibat penguatan dan kesalahan
Ketika
digunakan, pengontrol integral mempunyai beberapa karakteristik berikut
ini:
1. keluaran
pengontrol membutuhkan selang waktu tertentu, sehingga pengontrol integral cenderung
memperlambat respon.
2. ketika
sinyal kesalahan berharga nol, keluaran pengontrol akan bertahan pada nilai
sebelumnya.
3. jika
sinyal kesalahan tidak berharga nol, keluaran akan menunjukkan kenaikan atau
penurunan yang dipengaruhi oleh besarnya sinyal kesalahan dan nilai Ki.
4. konstanta
integral Ki yang berharga besar akan mempercepat hilangnya offset. Tetapi
semakin besar nilai konstanta Ki akan mengakibatkanpeningkatan osilasi dari
sinyal keluaran pengontrol.
pengontrol Derivative
Keluaran
pengontrol Derivative memiliki sifat seperti halnya suatu operasi
differensial. Perubahan yang mendadak pada masukan pengontrol, akan
mengakibatkan perubahan yang sangat besar dan cepat. Gambar 2.6
menunjukkan blok diagram yang menggambarkan hubungan antara sinyal kesalahan
dengan keluaran pengontrol.
Gambar
2.6
Blok
diagram pengontrol Derivative
Gambar
2.7 menyatakan
hubungan antara sinyal masukan dengan sinyal keluaran pengontrol Derivative.
Ketika masukannya tidak mengalami perubahan, keluaran pengontrol juga tidak
mengalami perubahan, sedangkan apabila sinyal masukan berubah mendadak dan
menaik (berbentuk fungsi step), keluaran menghasilkan sinyal berbentuk
impuls. Jika sinyal masukan berubah naik secara perlahan (fungsi ramp),
keluarannya justru merupakan fungsi step yang besar
magnitudnya
sangat dipengaruhi oleh kecepatan naik dari fungsi ramp dan faktor
konstanta diferensialnya.
Gambar
2.7
Kurva
waktu hubungan input-output pengontrol Derivative
Karakteristik
pengontrol derivative adalah sebagai berikut:
1. pengontrol
ini tidak dapat menghasilkan keluaran bila tidak ada perubahan pada masukannya
(berupa sinyal kesalahan).
2. jika
sinyal kesalahan berubah terhadap waktu, maka keluaran yang dihasilkan
pengontrol tergantung pada nilai Td dan laju perubahan sinyal kesalahan.
(Powel, 1994, 184).
3. pengontrol
derivative mempunyai suatu karakter untuk mendahului, sehingga
pengontrol ini dapat menghasilkan koreksi yang signifikan sebelum pembangkit kesalahan
menjadi sangat besar. Jadi pengontrol derivative dapat mengantisipasi
pembangkit kesalahan, memberikan aksi yang bersifat korektif, dan cenderung
meningkatkan stabilitas sistem.
Berdasarkan
karakteristik pengontrol tersebut, pengontrol derivative umumnya dipakai
untuk mempercepat respon awal suatu sistem, tetapi tidak memperkecil kesalahan
pada keadaan stabilnya. Kerja pengontrol derivative hanyalah efektif
pada lingkup yang sempit, yaitu pada periode peralihan. Oleh 13 sebab itu
pengontrol derivative tidak pernah digunakan tanpa ada pengontrol lain
sebuah sistem (Sutrisno, 1990, 102).
III.
ALAT
DAN BAHAN
1. Satu
set unit CRL
2. Satu
set personal komputer
3. Air
dalam tangki penampungan
IV.
PROSEDUR
KERJA
A. Pengendalian
Proposional
1. Mengeset selector control di panel control
unit CRL pada posisi PC dan selector noise pada posisi 0.
2. Membuka katup V1 dan V2
lalu mengosongkan volume tangki. Mengatur agar katup V2 tertutup
sekitar 25 %, katup V1 tetap terbuka.
3. Menghidupkan unit CRL dengan mengaktifkan
tombol scalar utama.
4. Memutar sambil menarik ke atas katup tekanan
dan mengatur katup tersebut agar tekanan yang terbaca di pengukur tekanan udara
tekan, maksimal 2 bar.
5. Menghidupkan computer, menjalankan program CRL
dan memilih file ‘new’.
6. Memilih regulator PID pada ‘Regulator Type’,
mengklik OK, lalu mengklik OK lagi.
7. Memasukkan harga berikut pada monitor
PARAMETER;
·
Set
Point = 30 %
·
Proporsional
Band = 100 %
·
Integratif
Time = 0 menit
·
Derivatif
Time = 0 menit
8. Menekan tombol ‘START’ untuk memulai percobaan
9. Mengobservasi kejadian di unit CRL dan grafik
yang terbentuk.
10. Mengklik tombol ‘FREEZE’ setelah grafik yang
terbentuk Nampak stabil ( harga pengukuran tidak berubah ) lalu menghidupkan
printer, dengan mengklik tobol ‘print’ untuk memulai pencetakan grafik.
11. Mengubah parameter sesuai perintah instruktur.
Mengklik PARAM, kemudian memasukkan harga yang akan diubah ( misalnya set point
/ proporsional band ) lalu menekan ENTER atau mengklik OK.
12. Menekan tombol ‘START’ kembali, kemudian
mengobservasi gerakan yang terjadi baik di unit CRL maupun grafik yang
terbentuk.
13. Mengulangi langkah 11 bila perlu. Menekan
tombol ‘FREEZE’, dan menghidupkan printer, mengklik tombol ‘PRINT’ untuk
memulai pencetakan grafik.
14. Mengklik tombol ‘QUIT’ pada akhir percobaan,
lalu YES. Mengklik FILE, memilih EXIT dan menekan YES.
15. Mengosongkan tangki dan mematikan scalar
utama.
B. Pengendalian
Proposional Integral
1. Mengeset selector control di panel control
unit CRL pada posisi PC dan selector noise pada posisi 0.
2. Membuka katup V1 dan V2
lalu mengosongkan volume tangki. Mengatur agar katup V2 tertutup
sekitar 25 %, katup V1 tetap terbuka.
3. Menghidupkan unit CRL dengan mengaktifkan
tombol scalar utama.
4. Memutar sambil menarik ke atas katup tekanan
dan mengatur katup tersebut agar tekanan yang terbaca di pengukur tekanan udara
tekan, maksimal 2 bar.
5. Menghidupkan computer, menjalankan program CRL
dan memilih file ‘new’.
6. Memilih regulator PID pada ‘Regulator Type’,
mengklik OK, lalu mengklik OK lagi.
7. Memasukkan harga berikut pada monitor PARAMETER;
·
Set
Point = 50 %
·
Proporsional
Band = 100 %
·
Integratif
Time = 0,4 menit
·
Derivatif
Time = 0 menit
8. Menekan tombol ‘START’ untuk memulai percobaan
9. Mengobservasi kejadian di unit CRL dan grafik
yang terbentuk.
10. Mengklik tombol ‘FREEZE’ setelah grafik yang
terbentuk Nampak stabil ( harga pengukuran tidak berubah ) lalu menghidupkan
printer, dengan mengklik tobol ‘print’ untuk memulai pencetakan grafik.
11. Mengubah parameter sesuai perintah instruktur.
Mengklik PARAM, kemudian memasukkan harga yang akan diubah ( misalnya set point
/ proporsional band ) lalu menekan ENTER atau mengklik OK.
12. Menekan tombol ‘START’ kembali, kemudian
mengobservasi gerakan yang terjadi baik di unit CRL maupun grafik yang
terbentuk.
13. Mengulangi langkah 11 bila perlu. Menekan
tombol ‘FREEZE’, dan menghidupkan printer, mengklik tombol ‘PRINT’ untuk
memulai pencetakan grafik.
14. Mengklik tombol ‘QUIT’ pada akhir percobaan,
lalu YES. Mengklik FILE, memilih EXIT dan menekan YES.
15. Mengosongkan tangki dan mematikan scalar
utama.
C. Pengendalian
Proposional Integral Derivatif
1. Mengeset selector control di panel control
unit CRL pada posisi PC dan selector noise pada posisi 0.
2. Membuka katup V1 dan V2
lalu mengosongkan volume tangki. Mengatur agar katup V2 tertutup
sekitar 25 %, katup V1 tetap terbuka.
3. Menghidupkan unit CRL dengan mengaktifkan
tombol scalar utama.
4. Memutar sambil menarik ke atas katup tekanan
dan mengatur katup tersebut agar tekanan yang terbaca di pengukur tekanan udara
tekan, maksimal 2 bar.
5. Menghidupkan computer, menjalankan program CRL
dan memilih file ‘new’.
6. Memilih regulator PID pada ‘Regulator Type’,
mengklik OK, lalu mengklik OK lagi.
7. Memasukkan harga berikut pada monitor
PARAMETER;
·
Set
Point = 35 %
·
Proporsional
Band = 100 %
·
Integratif
Time = 0,4 menit
·
Derivatif
Time = 1 menit
8. Menekan tombol ‘START’ untuk memulai percobaan
9. Mengobservasi kejadian di unit CRL dan grafik
yang terbentuk.
10. Mengklik tombol ‘FREEZE’ setelah grafik yang
terbentuk Nampak stabil ( harga pengukuran tidak berubah ) lalu menghidupkan
printer, dengan mengklik tobol ‘print’ untuk memulai pencetakan grafik.
11. Mengubah parameter sesuai perintah instruktur.
Mengklik PARAM, kemudian memasukkan harga yang akan diubah ( misalnya set point
/ proporsional band ) lalu menekan ENTER atau mengklik OK.
12. Menekan tombol ‘START’ kembali, kemudian
mengobservasi gerakan yang terjadi baik di unit CRL maupun grafik yang
terbentuk.
13. Mengulangi langkah 11 bila perlu. Menekan
tombol ‘FREEZE’, dan menghidupkan printer, mengklik tombol ‘PRINT’ untuk
memulai pencetakan grafik.
14. Mengklik tombol ‘QUIT’ pada akhir percobaan,
lalu YES. Mengklik FILE, memilih EXIT dan menekan YES.
15. Mengosongkan tangki dan mematikan scalar
utama.
V.
DATA PENGAMATAN
Percobaan Pengendalian
Resistive Probes
Diameter Tabung (D) = 14 cm, r = 7 cm
Tinggi Tabung (h) = 10 cm
Percobaan
|
75 – 85
85 -
75
|
1
|
2,07
1,25
|
2
|
2,06
1,29
|
3
|
2,05
1,27
|
Rata-rata
|
2,06
1,27
|
VI.
PERHITUNGAN
Diameter Tabung (D) = 14 cm,
r =
x 14 cm
= 7 cm
Tinggi Tabung (h) = 10 cm
·
Volume
Tabung
v =
.r2.t
·
Debit
Q =
1. 75-85 cm
t rata-rata = 2,06 menit
v = 3,14 x (7 cm)2 x 10 cm
= 1538,6 cm3
Q =
= 746,89 cm3/menit
|
2. 85-75 cm
t rata-rata = 1,27 menit
v = 3,14 x (7 cm)2 x 10 cm
= 1538,6 cm3
Q =
= 1211,49 cm3/menit
|
VII.
ANALISA
DATA PERCOBAAN
Berdasarkan percobaan yang
telah dilakukan yaitu Pengendalian Ketinggian Fluida (CRL-1) Pengendalian
On-Off, Pada
percobaan ini, alat CRL udara tekan diatur 2 bar ke katup pneumatik yang berfungsi untuk mengatur atau
mengendalikan arah udara yang akan bekerja menggerakkan akuator. Jenis katup
yang digunakan adalah katup pengatur aliran. Katup ini berfungsi untuk
mengontrol atau mengendalikan besar kecilnya aliran udara. Besarnya aliran
yaitu jumlah volume udara yang mengalir akan mempengaruhi besar daya dorong
udara tersebut.penentuan dilakukan oleh sensor dalam tangki bening.
Untuk pengendalian
proporsional dengan nilai pengukuran 33% set point 30% didapatlah nilai
pengendalian proporsionalnya sebesar 3%. Untuk pengendalian PI dengan nilai
pengukuran sebesar 54 % set point 50 % didapatlah nilainya sebesar 3,64%. dan
untuk. Dan untuk pengendalian PID dengan
nilai pengukuran 40 % set point 35% didapatlah nilai PIDnya sebesar 8,64%
Berdasarkan grafik yang didapat, dapat
dianalisa bahwa pada percobaan dengan pengendalian, data yang didapatkan hanya
mendekati nilai dari set point dan tidak pernah mencapai set point ataupun
melebihi nilai dari set point. Hal ini disebabkan karena nilai dari PB
mempengaruhi keluaran controller. Jadi apabila nilai PB-nya semakin besar maka
keluaran controller semakin kecil.
Pada data pengendalian proporsional integral (
PI ), dengan nilai set point = 50 %, proporsional = 100 % dan integral = 0,4 menit, dapat diketahui bahwa integral
memberikan respon yang cepat terhadap error dari pengukuran terhadap set point,
namun akan menghasilkan osilasi ( guncangan ) yang cukup besar. Dari grafik
proporsional integral dapat dilihat bahwa katup akan terbuka 100 % pada saat
control value belum mencapai set point. Tetapi akan berkurang terbukanya katup
apabila control value melebihi set point atau mencapai nilai 50 % atau lebih.
Pada saat control value mencapai 60 % ( hysteresis ) katup hanya akan terbuka
10 % dan menyebabkan control value turun mencapai 40 % dan akan membuka katup
kembali sebesar 100 %. Katup akan bekerja secara otomatis untuk menyeimbangkan
control value dari set point. Apabila control value = 60 % katup terbuka 10 %
sedangkan saat control value 40 % katup terbuka 100 %. Semakin pendek waktu
integral akan memberikan respon pengendalian yang lebih cepat.
Untuk proses pengendalian PID, katup akan
terbuka dengan stabil sehingga terbuka atau tertutupnya tidak terlihat. Dari
grafik, control value yang dihasilkan begitu stabil yaitu
50 %. Katup pada pengendalian PID tidak terbuka penuh karena pada saat katup
terbuka sebesar 70 % control value telah mencapai nilai 50 % sehingga katup
akan menjaga kondisi bukaanya sehingga nilai control value akan stabil di 50 %.
Katup hanya akan terbuka pada saat control value kurang dari 50 %. Apabila pada
proses diberikan gangguan sehingga menyebabkan katup tertutup penuh maka akan
menyebabkan control value menurun.
VII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa :
·
Mahasiswa dapat memahami simulasi dari
pengendalian on-off dengan katup pneumatik.
·
Pengendalian
On-Off ini dilakukan dengan mengisi air kedalam tangki, kemudian setelah alat
CRL dinyalakan maka ketinggian air diaplikasikan kedalam bentuk grafik yang
secara otomatis akan ditampilkan pada monitor PC.
·
Set point = level ketinggian
cairan yang diinginkan
Histerisis = ambang batas toleransi dari set point
Gain = katup bukaan penuh
Open Time = waktu yang dibutuhkan untuk katup
terbuka
·
Arus yang melalui 4 mA maka tekanan 3
psi (katup tertutup 0%) dan arus yang melalui 20 mA maka tekanan 15 psi (katup
terbuka 100%).
·
Pada
pengendalian kontinyu, katup tidak akan terbuka penuh / tertutup penuh, tetapi
akan terbuka dan tertutup secara seimbang.
·
Pada
pengendalian PI, katup akan terbuka dan tertutup secara bergantian sesuai
dengan control value.
·
Pada
pengendalian PID, katup akan terbuka secara stabil sehingga control value akan
stabil.
·
Proses
pengendalian yang paling baik digunakan yaitu pengendalian PID, karena pada
pengendalian ini control value dan katup
stabil.
·
VIII. DAFTAR
PUSTAKA
Jobsheet
Penuntun Praktikum Pengendalian Proses.
POLSRI Palembang: 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar